Masalah-masalah pembelajaran kerajinan tangan dan seni rupa
Pembelajaran Kerajinan tangan dan Seni
rupa dihadapkan dengan berbagai permasalahan di lapangan. Permasalahan tersebut
dapat dikategorikan ke dalam dua bagian, yakni masalah umum dan masalah khusus.
Jenis permasalahan yang termasuk dalam
masalah umum berupa (a) ketersediaan, penyebaran dan kualitas keahlian tenaga
pengajar; (b) selain itu kenyataan di sekolah menunjukkan fasilitas belajar
(peralatan dan studio kerja) sangatlah minim, sehingga praktek berkarya
dilakukan di rumah siswa; (c) demikian juga dengan alokasi waktu pembelajaran
pada setiap pertemuan di kelas yang kurang dari satu jam menjadikan guru sulit
menyelesaikan materi yang digariskan oleh GBPP; dan (d) akhirnya masalah materi
pembelajaran yang rancu, sering berubah-ubah menjadikan kesulitan guru untuk
menyesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
Sementara itu masalah khusus
pembelajaran kerajinan tangan dan seni rupa di antaranya (a) masalah minat dan
bakat peserta belajar yang berbeda-beda, menjadikan guru harus melakukan
pembimbingan secara ekstra kendatipun fasilitas dan waktu yang sangat kurang;
(b) masalah lainnya berupa tidak semua lingkungan (fisik ataupun sosial)
mendukung sepenuhnya proses pembelajaran kerajinan tangan.
Tujuan pembelajaran seni rupa
Ada dua
sasaran pendidikan senirupa, yaitu pendidikan seni rupa bagi sekolah umum dan
pendidikan seni bagi sekolah kejuruan, kursus atau pusat magang kesenirupaan
dan kriya. Di sekolah kejuruan senirupa, pengajaran senirupa lebih mengutamakan
pemberian bekal kepada siswa agar barhasil sebagai lulusan yang memiliki
kemampuan atau keterampilan bidang senirupa tertentu. Di sekolah umum,
pendidikan senirupa yang diperuntukkan bagi seluruh siswa lebih ditekankan pada
berbagai pengalaman kesenirupaan sebagai wahana untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Pendidikan
senirupa yang berkualitas adalah apabila dilandasi pada aspek kreativias dan
emosi karena kreativitas memiliki nilai konstruktif sedangkan emosi memiliki
nilai ekspresi komunikasi.
Pendidikan
seni sebagai bagian dari Pendidikan Nasional seyogianya memperhatikan makna
yang terkandung di dalam tujuan pendidikan nasional, yaitu berperan dalam
mengembangkan kehidupan individu dalam pengembangan kepribadiannya baik dalam
aspek kecerdasan maupun perasaan dan kehendak.
Peranan guru
senirupa dalam pendidikan seni hendaknya terfokus pada penciptaan iklim belajar
yang menunjang suasana yang akrab serta penerimaan guru atas pribadi siswa yang
beraneka ragam serta karya dan gagasan yang bervariasi. Tugas guru meliputi
lima kegiatan penting, yaitu (1) merancang, (2) memotivasi, (3) membimbing, (4)
mengevaluasi dan (5) menyelenggarakan pameran.
Pendekatan-pendekatan dalam
pembelajaran seni rupa
Pelaksanaan
pendidikan senirupa di sekolah umum terutama tingkat pendidikan lanjutan harus
berdasarkan prinsip bahwa pendidikan seni merupakan wahana bermuatan edukatif
dan membangun kreativitas siswa. Untuk mencapai tujuan ini, dapat digunakan
pendekatan inspiratif yaitu pendekatan yang dapat menggugah keharuan siswa
untuk berkarya seni. Bentuk-bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut
sebagai stimulation and cultural stimulation.
Kreativitas
siswa dapat dibangun atau dipancing melalui pengalaman langsung (direct
experience as a form of stimulation), rangsangan verbal (verbal stimulation),
benda seni (art material as stimulation), dan audio-visual (audio-visual
stimulation) serta pengalaman pribadi.
Secara
gabungan, pemancing kreativitas atau perangsang daya cipta merupakan gabungan
dari 4 (empat) jenis stimulasi, yaitu stimulasi yang klasikal rutin, individual
rutin, klasikal insidental dan individual insidental.
Stimulasi
klasikal rutin adalah peristiwa atau pengalaman yang dialami siswa secara rutin
sehingga siswa akan menghayati keadaan, kejadian atau peristiwa yang sama
karena peristiwanya dapat diramalkan dan datangnya rutin yang kemudian
diekspresikan dalam bentuk karya seni. Contoh: merangcang Gapura HUT RI,
membuat poster pertandingan olah-raga, dan lain-lain.
Stimulasi
individual rutin adalah pengalaman atau peristiwa yang dialami siswa secara
perorangan yang kemudian diekspresikan dalam bentuk karya seni. Misalnya
peristiwa kelahiran seorang anggota keluarga yang mengesankan si siswa dan
menggugah keharuannya untuk berekspresi seni.
Stimulasi
klasikal insidental adalah peristiwa atau pengalaman yang akan atau telah
dialami siswa yang terjadi secara insidental dan peristiwa tersebut mampu
menggugah keharuannya untuk berkarya seni. Misalnya perpisahan dengan guru yang
sangat dihormati siswa sehingga sangat mempengaruhi emosinya dan akhirnya siswa
mampu menggugah sebuah puisi.
Stimulasi
individual insidental adalah pengalaman atau peristiwa yang terjadi secara
insidental atau tidak terduga dan sangat berkesan di dalam sanubari siswa
sehingga mampu menggugah keharuannya untuk berkarya seni. Misalnya kematian
seseorang yang sangat dicintainya sehingga mampu menciptakan puisi cinta.
Bagi guru
senirupa, proses penciptaan kreativitas siswa melalui stimulasi daya cipta
harus dibangun melalui pendekatan divergen dan promblem solving.
Metode pembelajaran seni rupa
Metode
pembelajaran senirupa dapat dikelompokkan atas dasar (1) kegiatan belajar (2)
keleluasaan penyaluran ekspresi yaitu yang menekankan kebebasan individu, dan
(3) perkembangan sosial anak. Berdasarkan kebutuhan mahasiswa calon guru
senirupa, maka metode pembelajaran (1) yang mengutamakan teknik yang dilengkapi
bekal teori yang memadai bagi siswa sekolah lanjutan dan (2) yang mengutamakan
penyaluran ungkapan perasaan yang akan berlaku bagi anak kecil maupun anak
besar. Metode-metode pembelajaran tersebut adalah metode ekspresi bebas, metode
kerja kelompok, metode global, dan metode pengajaran terpadu.
Metode
ekspresi bebas digunakan untuk memberi keleluasaan kepada siswa untuk
mengekspresikan perasaannya ke dalam penciptaan karya seni. Proses penciptaan
seni dalam metode ini dimulai dari penentuan tema yaitu isi ungkapan yang akan
disampaikan, media yaitu bahan dan alat yang dipilih untuk digunakan siswa
dalam mewujudkan bentuk ungkapan seni, dan gaya ungkapan yaitu ungkapan seni
yang sifatnya sangat individual sehingga setiap siswa akan menghasilkan karya
seni yang berbeda-beda.
Metode kerja
kelompok adalah metode pembelajaran seni yang mengutamakan pengalaman berkelompok
para siswa yang bertujuan membina perkembangan sosial siswa. Metode ini terdiri
dari dua macam, yaitu kelompok kerja paduan (group work) dan kerja kolektif
(collective work).
Metode global banyak digunakan dalam kegiatan melukis. Tujuannya agar
siswa dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang disediakan.
Salah satu teknik dari metode ini adalah metode siluet. Pertimbangan teknis
yang mendasari metode global dengan teknik siluet adalah karena bentuk
keseluruhan lebih mudah ditangkap dengan membuat siluet yang meniadakan bagian
kecil dan ciri-ciri sekunder (seperti warna dan nada) sebuah objek. Secara
psikologis bentuk global akan mendahului penampakan (wujud) suatu benda yang
diamati seseorang. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
metode global adalah model, teknik penggambaran, media yang diperlukan dan
tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran.
Materi pembelajaran seni rupa
Materi pokok seni rupa secara umum meliputi aspek apresiasi seni, berkarya
seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan
memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya
seni rupa. Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep
atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup
materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai
kebudayaan. Sebagai contoh materi pokok Seni Budaya/seni rupa di kelas IX,
semester 1 SMP.
Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan Sekolah Menengah pertama meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut. Penguasan siswa terhadap materi seni rupa tersebut ditandai dengan mampunya siswa mengidentifikasi beragam seni rupa murni karya seni rupa, mendeskripsikan beragam aliran dan ciri serta penciptanya karya seni rupa murni, dan juga mampu menganalisis keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa murni mancanegara , dan membuat tanggapan tertulis tentang karya seni rupa murni manca negara tersebut. Pada akhir semester satu tersebut diharapkan siswa mampu mengekspresikan diri melalui karya seni rupa, yang di kembangkan menjadi mengembangkan karya seni rupa murni, dan mengekspresikan diri melalui karya seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Mancanegara.
Penguasan siswa terhadap materi seni rupa tersebut ditandai dengan mampunya siswa mendiskripsikan hasil karya seni rupa Mancanegara berdasarkan unsur-unsurnya, dan mengidentifikasi unsur–unsur senirupa mancanegara yang akan dikembangkan menjadi karya seni murni. Selain itu siswa juga mampu untuk membuat rancangan/desain/ sketsa pembuatan karya seni rupa murni dan membuat karya seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Mancanegara. Penguasan siswa terhadap materi seni rupa tersebut ditandai dengan mampunya siswa mendiskripsikan, dan mengidenti-fikasi unsur–unsur senirupa mancanegara yang akan dikembangkan menjadi karya seni murni. Selain itu siswa juga mampu untuk membuat rancangan/ desain/sketsa pembuatan karya seni rupa murni dan membuat karya seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Mancanegara
Dengan mampunya siswa mendiskripsikan dan mengidentifikasi unsur–unsur senirupa mancanegara yang akan dikembangkan menjadi karya seni murni, berarti mereka telah mampu mengapresiasi dan memilih berbagai kemugkinan untuk membuat karya seni rupa murni, namun kunci utama bukanlah melahirkan karya yang spektakuler, tetapi dalam mengapresiasi karya seni rupa tersebut siswa mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap berbagai karya seni rupa, baik karya lokal maupun karya seni rupa dari mancanegara. Dengan demikian melalui apresiasi karya siswa mengenal budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Dalam berkarya seni rupa pada dasarnya terjadi proses dalam diri siswa membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi.
Daftar Rujukan:
http://purplerude.blogspot.com/2010/05/metode-pembelajaran-seni-rupa.html
http://papaical.blogspot.com/2010/09/strategi-pembelajaran-seni-rupa-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar